Kamis, 02 Juli 2015

Cara Mereview Jurnal

A.       Judul Penelitian
Masukkan judul jurnal yang akan  direview.
Efek Hepatoprotektif
   Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) pada Hati Mencit Jantan Galur Swiss Induksi dengan CCl4

B.       Peneliti
Nama-nama peneliti dan instansinya yang ada pada jurnal yang akan direview. Masukkan juga kapan jurnal tersebut diterima, disetujui, dan  dipublikasikan beserta volumenya.
 Ari Satia Nugraha, Ninisita Sri Hadi, dan Rr. Sri Untari Siwi
 Program Studi Farmasi Universitas Jember
 Departemen Biomedik Program Studi Farmasi Universitas Jember
       Jl. Kalimantan I/2, Jember, Jawa Timur 68121
       Diterima 20-05-2007
       Disetujui 21-07-2008
       Jurnal Natur Indonesia 11(1), Oktober 2008: 24-30
       ISSN 1410-9379, Keputusan Akreditasi No 55/DIKTI/Kep./2005
C.       Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian bisa terdapat di bagian abstrak maupun pada bagian pendahuluan pada jurnal. Pada tahap ini yang harus diperhatikan adalah kesesuaian tujuan penelitian dengan kesimpulan yang ada pada jurnal tersebut.
D.      Literatur
  1. Bass, N.M. 1999. Is There any use for nontraditional or alternative therapies in patients with cronic liver desease? Curr. Gastroenterol Rep. 1: 50-56.
  2. Budi, I. & Paimin, P.R. 2005. Buah Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.
  3. Correlli, R.L. 1995. Acute and cronic hepatitis. Di dalam: Young L. Y & Koda-Kimble, M.A. (eds). Applied Therapeutics : The clinical use of drug. USA: Applied Therapeutics Inc.
  4. Dewi, L.K. 2002. Uji toksisitas sub kronik jamu “X” secara mikroskopis pada hati mencit (Mus musculus) jantan. Skripsi. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
  5. Gee, J.P. & Jim, L.K. 1995. Adverse effects of drugs on the liver. Di dalam: Young, L. Y & Koda-Kimble, M.A. (eds). Applied Therapeutics : The clinical use of drug. USA: Applied Therapeutics Inc.
  6. Dinkeskab. Jember. Data statistik Dinas Kesehatan Kabupaten Jember 2005.
  7. Halliwell, B. 1987. Oxidant and human deseases. Some new concepts. FASEB J. 4: 441-445
  8. Kandalintseva, N.V., Dyubchenko, O.I., Terakh, E.I., Prosenko, A..E., Shvarts, Y.S. & Dushkin, M.I. 2002. Antioxidant and hepatoprotector activity of water soluble 4-propylphenols containing hydrophilic groups in alkyl chains. Pharm. Chem. J. 36:177-180
  9. Lieber, C.S. 1997. Role of oxidative stress and antioxidant therapy in alcoholic and nonalcoholic liver desease. Adv Pahrmacol 38: 601-628
  10. Lu, F.C. 1995. Patologi. Jakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia.
  11. Motterlini, R., Foresti, R., Bassi, R. & Green, C.J. 2000. Curcumin, an antioxidant and anti-inflammatory agent, induces heme oxygenase-1 and protects endothelial cells against oxidative stress. Free Radic. Biol. Med. 15: 1303-13112.
  12. Pagana K.D. 2002. Mosby’s manual of diagnosticand laboratory tests. St.Louis: Mosby Inc.
  13. Pellati, F., Benvenuti, S., Melegari, M. & Lasseigne, T. 2005. Variability in the composition of anti-oxidant compounds in Echinacea species by HPLC. Phytochem. Anal 16: 77-85.
  14. Poli, G & Parola, M. 1997. Oxidative damage and fibrogenesis. Free Radic. Biol. Med. 22: 287-305
  15. Prince, S. A. & Wilson, L. M. 1984. Patofisiologi (Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit). Edisi 2. Jakarta: PenerbitKedokteran EGC.
  16. Romzah, V. 2005. Pengaruh fasa air daun (Genarussa vulgaris, Nees) tehadap perubahan histopatologi hati, ginjal dan usus halus mencit jantan. Skripsi Fakultas Farmasi. Surabaya: Universitas Airlangga.
  17. Rusmiati dan Lestari, A. 2004. Struktur histopatologis organ hepar dan ginjal mencit (Mus musculus L) jantan setelah perlakuan dengan ekstrak kayu Secang (Caesalpinia sappan L). BIOSCIENTIAE 1: 23-30.
  18. Thakore, K.N & Mehendale, H.M. 1991. Role of hepatocellular regeneration in CCl4 autoprotection. Toxicol. Pathol 19: 47-58.
  19. Saratikov, A. S., Litvinenko, Y. A., Burkova, V. N., Vengerovskii, A. I., Mozzhelina, T. K. & Chuchalin, V. S. 2001. Antioxidant and hepatoprotector activity of lokein–eplir combination. Pharm. Chem. J. 35: 340 – 342.
  20. Sathyabudi. 2005. Buah Merah. http://www.buahmerahonline.com (10 Desember 2005).
  21. Sies, H. 1993. Strategies of antioxidant defence, Eur. J. Biochem 215: 213-219.
  22. Suarsana, I N. & Budiasa, I K. 2005. Potensi hepatoprotektif ekstrak mengkudu pada keracunan parasetamol. Vet. J. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana 6: 23-30.
  23. Thakore, K.N & Mehendale, H.M. 1991. Role of hepatocellular regeneration in CCl4 autoprotection. Toxicol. Pathol 19: 47-58.
  24. Teicher, P.A., Gee, J.P. & Jim, L.K. 1995. Alcoholic cirrhosis. Di dalam: Young, L. Y & Koda-Kimble, M.A. (eds). Applied therapeutics: The clinical use of drug. USA: Applied Therapeutics Inc.
  25. Toklu, H.Z., Tunali-Akbay, T., Velioglu-Ogunc, A., Ercan, F., Gedik, N., Keyer-Uysal, M. & Sener, G. 2008. Silymarin, the antioxidant component of Silybum marianum, prevents sepsis-induced acute lung and brain injury. J. Surg. Res. 145: 214-222.

Pada bagian ini yang harus diperhatikan adalah kesesuaian antara pustaka  yang digunakan dengan foot notenya. Pustaka tersebut harus diuji satu per satu, apakah benar kutipan yang diambil berasal dari pustaka yang tercantum pada daftar pustaka atau tidak.
E.       Desain Penelitian
Menggunakan tipe eksperimental kualitatif.
Maka, penelitian ini bersifat menguji potensi efek hepatoproteksi ekstrak buah merah sehingga dapat memberikan informasi dan landasan ilmiah mengenai pemanfaatan buah merah.
Desain penelitian ada bermacam-macam, antara lain penelitian historis, eksperimental, deskriptif, perkembangan, dsb. Desain penelitian tergantung dari jurnal yang direview.
F.        Pengambilan Sampel
Percobaan Hewan Uji
Mencit galur Swiss sebanyak 30 ekor dibagi secara acak dalam 3 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol negatif, kelompok kedua sebagai kontrol positif dan kelompok ketiga dan keempat sebagai kelompok perlakuan. Sebelum dilakukan perlakuan, semua kelompok hewan uji dipuasakan semalam. Kemudian selama 7 hari berturut-turut kelompok pertama diberi aquadest 0.5 ml/20 g bb mencit, kelompok kedua diberi obat hepatoprotektor standar yang mengandung kurkumin dengan dosis 5.2 mg/20 g bb mencit dan kelompok ketiga diberi larutan buah merah dengan dosis 0,117 ml ekstrak/20 g bb mencit. Ekstrak buah merah dan obat standar diencerkan dalam larutan CMC 1% sehingga semua perlakuan diberikan dengan volume pemberian 0,5 ml/20 g bb mencit secara peroral. Setelah 7 hari pemberian, hewan uji dipuasakan makan selama 16 jam dan selama 3 hari berturut-turut semua kelompok hewan uji kecuali kontrol negatif diberi larutan CCl4 0,1 ml/20 g bb mencit (p.o)
Pengambilan Darah Hewan Uji
Pengambilan darah pada mencit dilakukan setelah hari ketiga pemberian CCl4. Darah mencit diambil melalui vena cavilla ocularis yang ada di mata dengan menggunakan kapiler. Darah kemudian ditampung dalam tabung mikrosentrifugasi untuk diambil serumnya yang kemudian dilakukan pengujian terhadap aktivitas SGOT dan SGPT.
Pengambilan Organ Hati Hewan Uji
Pengambilan organ hati dilakukan pada hewan uji yang berbeda namun diberi perlakuan yang sama dengan hewan uji yang digunakan untuk pengambilan darah untuk pengujian aktivitas SGOT dan SGPT. Hewan uji yang telah diberi perlakuan kemudian dibedah dan diambil organ hatinya. Organ hati yang didapat difiksasi dengan larutan formalin 10% untuk dibuat preparat histopatologik. Kondisi organ dalam larutan formalin harus terendam seluruhnya dan waktu perendaman tidak kurang dari 24 jam.
Penentuan Aktivitas SGPT dan SGOT Serum Darah
Prinsip penetapan SGOT dan SGPT menggunakan metode kinetik yang sesuai dengan International Federation of Clinical Chemistry (IFCC) tanpa piroksidal-5-fosfat menggunakan alat COBAS INTEGRA. Penentuan aktivitas SGPT dan SGOT serum darah dilakukan pada hewan uji yang telah diberi CCl4 selama tiga hari. Serum yang diperoleh (0,1 ml) dicampur dengan reagen SGPT atau SGOT (1.0 ml) yang lebih dahulu dihangatkan pada suhu 37 oC. Campuran serum dan reagen dimasukkan ke dalam alat COBAS INTEGRA dan diukur absorbasinya pada λ 340 nm. Pengukuran dilakukan sebanyak empat kali dengan interval 30 detik (A0, A1, A2 dan A3). Hasil dari aktivitas SGOT dan SGPT dinyatakan dalam satuan unit/liter (U/L) yang merupakan banyaknya enzim dalam satu liter serum yang dapat menghasilkan NAD+ pada satuan waktu yang sama. Analisa data aktivitas SGPT dan SGOT kemudian dilakukan uji ANAVA satu arah. Apabila terjadi perbedaan secara signifikan maka akan dilanjutkan dengan LSD (Least Significant Difference).
Pemeriksaan Histopatologi Hati
Preparat histopatologi disiapkan dengan cara: fiksasi, dehidrasi dan clearing, embedding, bloking, pemotongan, pengecataan/pewarnaan dan mounting. Hewan uji dibunuh dengan dislokasi leher, organ hati diambil dan fiksasi dengan formalin 10 % selama 24 jam kemudian dicuci dengan air. Dehidrasi dan clearing organ dilakukan dengan memasukkan organ hati ke dalam alkohol dengan konsentrasi 70%, 80%, 95%, 96%, alkohol absolut I, II, III, xylol I, II dan III masing-masing selama 30 menit. Kemudian dilakukan proses pelekatan organ dengan parafin (embedding) yaitu dengan memasukkan organ ke dalam parafin I yang masih cair, kemudian dimasukkan ke dalam oven suhu 55-56 oC selama 30 menit dan diulangi lagi dengan parafin II dengan suhu oven 60 oC. Hasil embedding kemudian dibuat balok parafin (blocking) dengan menggunakan cetakan besi. Setelah parafin membeku dilakukan pemotongan balok parafin dengan menggunakan mikrotum dengan ketebalan 4-7 µm. Hasil potongan dimasukkan ke dalam water bath dengan suhu 42-45 oC sampai jaringan mengembang kemudian dikeringkan dalam hot plate. Pewarnaan organ hati menggunakan Hematoxylin Eosin (HE) yang dilakukan setelah jaringan yang kering dimasukkan ke dalam xylol I, II dan III, masing masing selama 5, 4, dan 3 menit. Jaringan selanjutnya dimasukkan ke dalam alkohol absolut I (3 menit), alkohol absolut II (2 menit), dan alkohol absolut III (3 menit), alkohol 95% (2 menit), alkohol 90% (2 menit), alkohol 80% (1 menit), alkohol 70% (1 menit), dan dicuci dengan air kran mengalir selama 5 menit. Proses selanjutnya jaringan dimasukkan ke dalam zat warna Hematoxylin Eosin (HE) selama 4-10 menit kemudian dicuci dengan air kran mengalir selama 10 menit, jaringan dimasukkan ke dalam eosin selama 3-8 menit kemudian dimasukkan berturut-turut ke dalam alkohol 70% (1 menit), 80% (2 menit), 90% (3 menit) dan alkohol absolut I (3 menit), alkohol absolut II (3 menit) dan alkohol absolut III (3 menit). Selanjutnya jaringan dimasuk kedalam xylol I (3 menit), xylol II (4 menit) dan xylol III (5 menit). Proses terakhir adalah mounting yaitu penutupan gelas obyek dengan gelas penutup yang sebelumnya telah ditetesi menggunakan entellan atau kanada balsem.
Pengkajian Histopatologi dilakukan di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10 x 40. Penentuan perubahan histopatologi meliputi degenerasi sel dan nekrosis dilakukan berdasarkan batasan yang dikemukakan oleh Romzah (2005). Hasil pemeriksaan preparat dianalisis secara deskriptif dan untuk membandingkan keseluruhan gambaran preparat dilakukan pengamatan hepatosit pada tiap lapang pandang. Pengamatan histopatologi hati diberi skor untuk setiap ulangan pada setiap kelompok perlakuan Perubahan gambaran histopatologi hati mencit normal bertanda negatif (-) diberi skor 0 dan bila bertanda positif (+) diberi skor 1-3. Dari rata-rata skor perubahan gambaran histopatologi hati, kemudian dihitung persentasenya yang dinyatakan sebagai persentase kerusakan hati.
Bagaimana cara pengambilan sampelnya.
G.      Perspektif Peneliti
Salah satu mekanisme patogenesis kerusakan hati adalah degradasi membran hepatosit yang dikarenakan oleh peroksidasi lemak (Kandalintseva et al, 2002). Sistem fisiologis tubuh mempunyai kemampuan mengurangi kerusakan sel-sel oleh peroksidasi (Sies 1993). Namun demikian, apabila tubuh dalam kondisi lemah atau ketika paparan SOR terlalu banyak, maka mekanisme proteksi tambahan diperlukan. Salah satu bentuk proteksi tambahan ini adalah melalui konsumsi antioksidan yang banyak terkandung dalam bahan alam. Meskipun mekanisme proteksi sel sangatlah kompleks, tetapi asupan antioksidan disarankan dalam pencegahan dan pengobatan degenerasi sel hati yang disebabkan oleh reaksi oksidasi (Lieber 1997).
Penggunaan buah merah untuk pengobatan alternatif terhadap penyakit degeneratif dan kanker meningkat pada dekade ini, bahkan mampu menggeser penggunaan buah mengkudu. Dalam penelitian-penelitian terdahulu, buah merah dilaporkan mempunyai kandungan senyawa antioksidan tinggi antara lain betakaroten dan tokoferol (Sathyabudi 2005). Kedua senyawa ini dapat digunakan untuk melawan spesies oksigen reaktif (SOR) dalam tubuh sehingga perubahan patologis dapat dicegah. Menurut Bass (1999) senyawa-senyawa yang mengandung gugus hidroksi atau polihidroksi, seperti karoten dan tokoferol, pada buah-buahan, sayur, dan beberapa tanaman lain berperan penting dalam aksi hepatoproteksi.
Meskipun data-data ilmiah tentang pemanfaatan buah merah dalam pengobatan masih relatif sedikit, tetapi sampai saat ini buah merah telah banyak digunakan oleh masyarakat untuk terapi pengobatan penyakit kanker, diabetes, rematik, dan tekanan darah tinggi (Budi & Paimin 2005).
Berdasarkan uraian di atas, buah merah mempunyai banyak kandungan senyawa aktif antara lain senyawa antioksidan yang diduga mampu menangkal kerusakan sel yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi.
Bagaimana pandangan peneliti tersebut mengenai apa yang ditelitinya.
H.      Metode yang Digunakan
Prinsip penetapan SGOT dan SGPT menggunakan metode kinetik yang sesuai dengan International Federation of Clinical Chemistry (IFCC) tanpa piroksidal-5-fosfat menggunakan alat COBAS INTEGRA.
Alat-alat (instrumen) apa yang digunakan dalam penelitian.
I.       Analisis Data
Pengamatan histopatologi hati diberi skor (Tabel 1) untuk setiap ulangan pada setiap kelompok perlakuan Perubahan gambaran histopatologi hati mencit normal bertanda negatif (-) diberi skor 0 dan bila bertanda positif (+) diberi skor 1-3.
Hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT (Tabel 2 dan Gambar 1) menunjukkan perbedaan. Pada kontrol negatif yang diinduksi CCl4 tanpa pemberian hepatoprotektor menunjukan aktivitas SGPT dan SGOT paling tinggi dibandingkan dengan kelompok buah merah dan kelompok obat standar. Kelompok perlakuan dan kelompok pembanding menunjukkan perbedaan aktivitas SGPT dan SGOT yang menunjukkan bahwa buah merah mempunyai kemampuan hepatoprotektor lebih tinggi dibanding obat standar.

Hasil analisis varian satu arah diperoleh nilai F hitung aktivitas SGPT (669.090) dan SGOT (42.660) yang lebih kecil dibandingkan F tabel (3,89) sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas SGPT dan SGOT berbeda secara signifikan. Perbedaan ini dianalisis lagi dengan dengan LSD (α = 0,05) dan diketahui selisih rata-rata dari masing-masing kelompok berbeda signifikan (p < 0,05) (Tabel 3 dan Tabel 4).
Pemeriksaan histopatologi hati dilihat berdasarkan pengamatan lapang  pandang secara acak. Pengamatan mikrokopis hanya mampu melihat melihat kerusakan hati berupa degenerasi dan nekrosis (Romzah 2005). Perbandingan hepatosit-hepatosit setelah perlakuan dapat dilihat di Gambar 2. Kerusakan heptosit ditunjukkan dari perubahan warna merah (A) menjadi kebiruan (B). Degenarasi sel dan nekrosis ditandai dengan perubahan bentuk hepatosit dari simetris menjadi lebih besar dan tidak simetris. Hepatosit normal (C) nampak lengkap dengan inti dan bentuk yang simetris. Hepatosit dengan degenerasi sel (D) dan nekrosis (E) nampak adanya perubahan bentuk dan keberadaan inti sel.
Data rata-rata skor perubahan gambaran histopatologi berdasarkan degenarasi sel digambarkan pada Tabel 5.
Sedangkan data rata-rata skor perubahan gambaran histopatologi berdasarkan nekrosis digambarkan pada Tabel 6. Hasil pemeriksaan preparat histopatologi menunjukkan adanya perbedaan pada masing-masing keadaan degenerasi sel dan nekrosis yang terjadi pada hepatosit yang tergantung pada perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok.

Persentase kerusakan hepatosit berdasarkan degenerasi sel dan nekrosis pada masingmasing kelompok ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Masukkan semua data yang diperoleh dari hasil penelitian. Harus diperhatikan apakah terdapat manipulasi data atau tidak. Apakah data yang dimasukkan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.
J.        Kesimpulan
Buah merah dapat menunjukkan aktivitas hepatoprotektif melawan kerusakan hati yang diinduksi oleh CCl4. Buah merah memiliki kemampuan hepatoprotektif yang lebih baik dibandingkan dengan obat standar dalam mencegah terjadinya kerusakan sel hati yang ditunjukkan dengan tingkat aktivitas SGOT dan SGPT dan persentase kerusakan sel hati yang lebih rendah.
Perhatikan apakah kesimpulannya sesuai dengan apa yang tertulis pada tujuan penelitian.

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar