A.
Judul
Penelitian
Masukkan judul jurnal
yang akan direview.
Efek Hepatoprotektif
Ekstrak
Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) pada Hati Mencit Jantan Galur Swiss
Induksi dengan CCl4
B. Peneliti
Nama-nama peneliti dan instansinya yang ada pada jurnal yang
akan direview. Masukkan juga kapan jurnal tersebut diterima, disetujui,
dan dipublikasikan beserta volumenya.
Ari Satia
Nugraha, Ninisita Sri Hadi, dan Rr. Sri Untari Siwi
Program Studi Farmasi Universitas Jember
Departemen Biomedik Program Studi Farmasi
Universitas Jember
Jl. Kalimantan I/2, Jember, Jawa Timur 68121
Diterima
20-05-2007
Disetujui
21-07-2008
Jurnal Natur Indonesia 11(1), Oktober 2008:
24-30
ISSN
1410-9379, Keputusan Akreditasi No 55/DIKTI/Kep./2005
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian bisa terdapat di
bagian abstrak maupun pada bagian pendahuluan pada jurnal. Pada tahap ini yang
harus diperhatikan adalah kesesuaian tujuan penelitian dengan kesimpulan yang
ada pada jurnal tersebut.
D. Literatur
- Bass, N.M. 1999. Is There any use for nontraditional or alternative therapies in patients with cronic liver desease? Curr. Gastroenterol Rep. 1: 50-56.
- Budi, I. & Paimin, P.R. 2005. Buah Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.
- Correlli, R.L. 1995. Acute and cronic hepatitis. Di dalam: Young L. Y & Koda-Kimble, M.A. (eds). Applied Therapeutics : The clinical use of drug. USA: Applied Therapeutics Inc.
- Dewi, L.K. 2002. Uji toksisitas sub kronik jamu “X” secara mikroskopis pada hati mencit (Mus musculus) jantan. Skripsi. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
- Gee, J.P. & Jim, L.K. 1995. Adverse effects of drugs on the liver. Di dalam: Young, L. Y & Koda-Kimble, M.A. (eds). Applied Therapeutics : The clinical use of drug. USA: Applied Therapeutics Inc.
- Dinkeskab. Jember. Data statistik Dinas Kesehatan Kabupaten Jember 2005.
- Halliwell, B. 1987. Oxidant and human deseases. Some new concepts. FASEB J. 4: 441-445
- Kandalintseva, N.V., Dyubchenko, O.I., Terakh, E.I., Prosenko, A..E., Shvarts, Y.S. & Dushkin, M.I. 2002. Antioxidant and hepatoprotector activity of water soluble 4-propylphenols containing hydrophilic groups in alkyl chains. Pharm. Chem. J. 36:177-180
- Lieber, C.S. 1997. Role of oxidative stress and antioxidant therapy in alcoholic and nonalcoholic liver desease. Adv Pahrmacol 38: 601-628
- Lu, F.C. 1995. Patologi. Jakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia.
- Motterlini, R., Foresti, R., Bassi, R. & Green, C.J. 2000. Curcumin, an antioxidant and anti-inflammatory agent, induces heme oxygenase-1 and protects endothelial cells against oxidative stress. Free Radic. Biol. Med. 15: 1303-13112.
- Pagana K.D. 2002. Mosby’s manual of diagnosticand laboratory tests. St.Louis: Mosby Inc.
- Pellati, F., Benvenuti, S., Melegari, M. & Lasseigne, T. 2005. Variability in the composition of anti-oxidant compounds in Echinacea species by HPLC. Phytochem. Anal 16: 77-85.
- Poli, G & Parola, M. 1997. Oxidative damage and fibrogenesis. Free Radic. Biol. Med. 22: 287-305
- Prince, S. A. & Wilson, L. M. 1984. Patofisiologi (Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit). Edisi 2. Jakarta: PenerbitKedokteran EGC.
- Romzah, V. 2005. Pengaruh fasa air daun (Genarussa vulgaris, Nees) tehadap perubahan histopatologi hati, ginjal dan usus halus mencit jantan. Skripsi Fakultas Farmasi. Surabaya: Universitas Airlangga.
- Rusmiati dan Lestari, A. 2004. Struktur histopatologis organ hepar dan ginjal mencit (Mus musculus L) jantan setelah perlakuan dengan ekstrak kayu Secang (Caesalpinia sappan L). BIOSCIENTIAE 1: 23-30.
- Thakore, K.N & Mehendale, H.M. 1991. Role of hepatocellular regeneration in CCl4 autoprotection. Toxicol. Pathol 19: 47-58.
- Saratikov, A. S., Litvinenko, Y. A., Burkova, V. N., Vengerovskii, A. I., Mozzhelina, T. K. & Chuchalin, V. S. 2001. Antioxidant and hepatoprotector activity of lokein–eplir combination. Pharm. Chem. J. 35: 340 – 342.
- Sathyabudi. 2005. Buah Merah. http://www.buahmerahonline.com (10 Desember 2005).
- Sies, H. 1993. Strategies of antioxidant defence, Eur. J. Biochem 215: 213-219.
- Suarsana, I N. & Budiasa, I K. 2005. Potensi hepatoprotektif ekstrak mengkudu pada keracunan parasetamol. Vet. J. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana 6: 23-30.
- Thakore, K.N & Mehendale, H.M. 1991. Role of hepatocellular regeneration in CCl4 autoprotection. Toxicol. Pathol 19: 47-58.
- Teicher, P.A., Gee, J.P. & Jim, L.K. 1995. Alcoholic cirrhosis. Di dalam: Young, L. Y & Koda-Kimble, M.A. (eds). Applied therapeutics: The clinical use of drug. USA: Applied Therapeutics Inc.
- Toklu, H.Z., Tunali-Akbay, T., Velioglu-Ogunc, A., Ercan, F., Gedik, N., Keyer-Uysal, M. & Sener, G. 2008. Silymarin, the antioxidant component of Silybum marianum, prevents sepsis-induced acute lung and brain injury. J. Surg. Res. 145: 214-222.
Pada bagian ini yang harus diperhatikan adalah kesesuaian antara
pustaka yang digunakan dengan foot
notenya. Pustaka tersebut harus diuji satu per satu, apakah benar kutipan yang
diambil berasal dari pustaka yang tercantum pada daftar pustaka atau tidak.
E. Desain
Penelitian
Menggunakan tipe eksperimental kualitatif.
Maka, penelitian ini bersifat menguji potensi efek
hepatoproteksi ekstrak buah merah sehingga dapat memberikan informasi dan
landasan ilmiah mengenai pemanfaatan buah merah.
Desain penelitian ada bermacam-macam, antara lain penelitian
historis, eksperimental, deskriptif, perkembangan, dsb. Desain penelitian
tergantung dari jurnal yang direview.
F.
Pengambilan Sampel
Percobaan
Hewan Uji
Mencit galur Swiss sebanyak 30 ekor dibagi secara
acak dalam 3 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol negatif, kelompok kedua
sebagai kontrol positif dan kelompok ketiga dan keempat sebagai kelompok
perlakuan. Sebelum dilakukan perlakuan, semua kelompok hewan uji dipuasakan
semalam. Kemudian selama 7 hari berturut-turut kelompok pertama diberi aquadest
0.5 ml/20 g bb mencit, kelompok kedua diberi obat hepatoprotektor standar yang
mengandung kurkumin dengan dosis 5.2 mg/20 g bb mencit dan kelompok ketiga
diberi larutan buah merah dengan dosis 0,117 ml ekstrak/20 g bb mencit. Ekstrak
buah merah dan obat standar diencerkan dalam larutan CMC 1% sehingga semua perlakuan
diberikan dengan volume pemberian 0,5 ml/20 g bb mencit secara peroral. Setelah
7 hari pemberian, hewan uji dipuasakan makan selama 16 jam dan selama 3 hari
berturut-turut semua kelompok hewan uji kecuali kontrol negatif diberi larutan
CCl4 0,1 ml/20 g bb mencit (p.o)
Pengambilan
Darah Hewan Uji
Pengambilan darah pada mencit dilakukan setelah hari
ketiga pemberian CCl4. Darah mencit diambil melalui vena cavilla ocularis yang ada di mata dengan
menggunakan kapiler. Darah kemudian ditampung dalam tabung mikrosentrifugasi
untuk diambil serumnya yang kemudian dilakukan pengujian terhadap aktivitas
SGOT dan SGPT.
Pengambilan
Organ Hati Hewan Uji
Pengambilan organ hati dilakukan pada hewan uji yang
berbeda namun diberi perlakuan yang sama dengan hewan uji yang digunakan untuk
pengambilan darah untuk pengujian aktivitas SGOT dan SGPT. Hewan uji yang telah
diberi perlakuan kemudian dibedah dan diambil organ hatinya. Organ hati yang
didapat difiksasi dengan larutan formalin 10% untuk dibuat preparat histopatologik.
Kondisi organ dalam larutan formalin harus terendam seluruhnya dan waktu
perendaman tidak kurang dari 24 jam.
Penentuan Aktivitas SGPT dan SGOT Serum Darah
Prinsip penetapan SGOT dan SGPT menggunakan metode kinetik yang sesuai
dengan International Federation of Clinical Chemistry (IFCC) tanpa
piroksidal-5-fosfat menggunakan alat COBAS INTEGRA. Penentuan aktivitas
SGPT dan SGOT serum darah dilakukan pada hewan uji yang telah diberi CCl4
selama tiga hari. Serum yang diperoleh (0,1 ml) dicampur dengan
reagen SGPT atau SGOT (1.0 ml) yang lebih dahulu dihangatkan pada suhu
37 oC. Campuran serum dan reagen dimasukkan ke dalam alat
COBAS INTEGRA dan diukur absorbasinya pada λ 340 nm. Pengukuran
dilakukan sebanyak empat kali dengan interval 30 detik (A0, A1, A2 dan
A3). Hasil dari aktivitas SGOT dan SGPT dinyatakan dalam satuan unit/liter
(U/L) yang merupakan banyaknya enzim dalam satu liter serum yang dapat
menghasilkan NAD+ pada satuan waktu yang sama. Analisa data
aktivitas SGPT dan SGOT kemudian dilakukan uji ANAVA satu arah. Apabila
terjadi perbedaan secara signifikan maka akan dilanjutkan dengan LSD (Least
Significant Difference).
Pemeriksaan Histopatologi Hati
Preparat histopatologi disiapkan dengan cara: fiksasi, dehidrasi dan clearing,
embedding, bloking, pemotongan, pengecataan/pewarnaan dan mounting. Hewan
uji dibunuh dengan dislokasi leher, organ hati diambil dan fiksasi dengan
formalin 10 % selama 24 jam kemudian dicuci dengan air. Dehidrasi dan clearing
organ dilakukan dengan memasukkan organ hati ke dalam alkohol dengan
konsentrasi 70%, 80%, 95%, 96%, alkohol absolut I, II, III, xylol I, II dan III
masing-masing selama 30 menit. Kemudian dilakukan proses pelekatan organ dengan
parafin (embedding) yaitu dengan memasukkan organ ke dalam parafin I yang
masih cair, kemudian dimasukkan ke dalam oven suhu 55-56 oC selama
30 menit dan diulangi lagi dengan parafin II dengan suhu oven 60 oC.
Hasil embedding kemudian dibuat balok parafin (blocking) dengan
menggunakan cetakan besi. Setelah parafin membeku dilakukan pemotongan balok
parafin dengan menggunakan mikrotum dengan ketebalan 4-7 µm. Hasil potongan
dimasukkan ke dalam water bath dengan suhu 42-45 oC sampai
jaringan mengembang kemudian dikeringkan dalam hot plate. Pewarnaan organ hati menggunakan Hematoxylin Eosin (HE)
yang dilakukan setelah jaringan yang kering dimasukkan ke dalam xylol I, II dan
III, masing masing selama 5, 4, dan 3 menit. Jaringan selanjutnya dimasukkan ke
dalam alkohol absolut I (3 menit), alkohol absolut II (2 menit), dan alkohol
absolut III (3 menit), alkohol 95% (2 menit), alkohol 90% (2 menit), alkohol
80% (1 menit), alkohol 70% (1 menit), dan dicuci dengan air kran mengalir selama
5 menit. Proses selanjutnya jaringan dimasukkan ke dalam zat warna Hematoxylin
Eosin (HE) selama 4-10 menit kemudian dicuci dengan air kran mengalir selama 10
menit, jaringan dimasukkan ke dalam eosin selama 3-8 menit kemudian dimasukkan
berturut-turut ke dalam alkohol 70% (1 menit), 80% (2 menit), 90% (3 menit) dan
alkohol absolut I (3 menit), alkohol absolut II (3 menit) dan alkohol absolut
III (3 menit). Selanjutnya jaringan dimasuk kedalam xylol I (3 menit), xylol II
(4 menit) dan xylol III (5 menit). Proses terakhir adalah mounting yaitu penutupan gelas obyek dengan gelas penutup yang
sebelumnya telah ditetesi menggunakan entellan atau kanada balsem.
Pengkajian Histopatologi dilakukan di bawah mikroskop
cahaya dengan perbesaran 10 x 40. Penentuan perubahan histopatologi meliputi
degenerasi sel dan nekrosis dilakukan berdasarkan batasan yang dikemukakan oleh
Romzah (2005). Hasil pemeriksaan preparat dianalisis secara deskriptif dan
untuk membandingkan keseluruhan gambaran preparat dilakukan pengamatan
hepatosit pada tiap lapang pandang. Pengamatan histopatologi hati diberi skor untuk
setiap ulangan pada setiap kelompok perlakuan Perubahan gambaran histopatologi
hati mencit normal bertanda negatif (-) diberi skor 0 dan bila bertanda positif
(+) diberi skor 1-3. Dari rata-rata skor perubahan gambaran histopatologi hati,
kemudian dihitung persentasenya yang dinyatakan sebagai persentase kerusakan
hati.
Bagaimana cara pengambilan sampelnya.
G. Perspektif
Peneliti
Salah satu mekanisme patogenesis kerusakan hati adalah
degradasi membran hepatosit yang dikarenakan oleh peroksidasi lemak (Kandalintseva
et al, 2002). Sistem fisiologis tubuh mempunyai kemampuan mengurangi kerusakan
sel-sel oleh peroksidasi (Sies 1993). Namun demikian, apabila tubuh dalam
kondisi lemah atau ketika paparan SOR terlalu banyak, maka mekanisme proteksi
tambahan diperlukan. Salah satu bentuk proteksi tambahan ini adalah melalui
konsumsi antioksidan yang banyak terkandung dalam bahan alam. Meskipun
mekanisme proteksi sel sangatlah kompleks, tetapi asupan antioksidan disarankan
dalam pencegahan dan pengobatan degenerasi sel hati yang disebabkan oleh reaksi
oksidasi (Lieber 1997).
Penggunaan buah merah untuk pengobatan alternatif
terhadap penyakit degeneratif dan kanker meningkat pada dekade ini, bahkan
mampu menggeser penggunaan buah mengkudu. Dalam penelitian-penelitian terdahulu,
buah merah dilaporkan mempunyai kandungan senyawa antioksidan tinggi antara
lain betakaroten dan tokoferol (Sathyabudi 2005). Kedua senyawa ini dapat
digunakan untuk melawan spesies oksigen reaktif (SOR) dalam tubuh sehingga perubahan
patologis dapat dicegah. Menurut Bass (1999) senyawa-senyawa yang mengandung
gugus hidroksi atau polihidroksi, seperti karoten dan tokoferol, pada
buah-buahan, sayur, dan beberapa tanaman lain berperan penting dalam aksi
hepatoproteksi.
Meskipun data-data ilmiah tentang pemanfaatan buah
merah dalam pengobatan masih relatif sedikit, tetapi sampai saat ini buah merah
telah banyak digunakan oleh masyarakat untuk terapi pengobatan penyakit kanker,
diabetes, rematik, dan tekanan darah tinggi (Budi & Paimin 2005).
Berdasarkan uraian di atas, buah merah mempunyai
banyak kandungan senyawa aktif antara lain senyawa antioksidan yang diduga
mampu menangkal kerusakan sel yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi.
Bagaimana pandangan peneliti tersebut
mengenai apa yang ditelitinya.
H. Metode
yang Digunakan
Prinsip penetapan SGOT dan SGPT menggunakan metode
kinetik yang sesuai dengan International Federation of Clinical Chemistry
(IFCC) tanpa piroksidal-5-fosfat menggunakan alat COBAS INTEGRA.
Alat-alat (instrumen) apa yang digunakan dalam
penelitian.
I. Analisis
Data
Pengamatan histopatologi hati diberi skor (Tabel 1) untuk setiap ulangan
pada setiap kelompok perlakuan Perubahan gambaran histopatologi hati mencit
normal bertanda negatif (-) diberi skor 0 dan bila bertanda positif (+) diberi
skor 1-3.
Hasil pemeriksaan SGPT dan SGOT (Tabel 2 dan Gambar 1) menunjukkan
perbedaan. Pada kontrol negatif yang diinduksi CCl4 tanpa pemberian hepatoprotektor
menunjukan aktivitas SGPT dan SGOT paling tinggi dibandingkan dengan kelompok
buah merah dan kelompok obat standar. Kelompok perlakuan dan kelompok pembanding
menunjukkan perbedaan aktivitas SGPT dan SGOT yang menunjukkan bahwa buah merah
mempunyai kemampuan hepatoprotektor lebih tinggi dibanding obat standar.
Hasil analisis varian satu arah diperoleh nilai F hitung aktivitas SGPT
(669.090) dan SGOT (42.660) yang lebih kecil dibandingkan F tabel (3,89)
sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas SGPT dan SGOT berbeda secara
signifikan. Perbedaan ini dianalisis lagi dengan dengan LSD (α = 0,05) dan
diketahui selisih rata-rata dari masing-masing kelompok berbeda signifikan (p
< 0,05) (Tabel 3 dan Tabel 4).
Pemeriksaan histopatologi hati dilihat berdasarkan pengamatan lapang pandang secara acak. Pengamatan mikrokopis
hanya mampu melihat melihat kerusakan hati berupa degenerasi dan nekrosis
(Romzah 2005). Perbandingan hepatosit-hepatosit setelah perlakuan dapat dilihat
di Gambar 2. Kerusakan heptosit ditunjukkan dari perubahan warna merah (A)
menjadi kebiruan (B). Degenarasi sel dan nekrosis ditandai dengan perubahan
bentuk hepatosit dari simetris menjadi lebih besar dan tidak simetris.
Hepatosit normal (C) nampak lengkap dengan inti dan bentuk yang simetris.
Hepatosit dengan degenerasi sel (D) dan nekrosis (E) nampak adanya perubahan bentuk
dan keberadaan inti sel.
Data rata-rata skor perubahan gambaran histopatologi berdasarkan degenarasi
sel digambarkan pada Tabel 5.
Sedangkan data rata-rata skor perubahan gambaran histopatologi berdasarkan
nekrosis digambarkan pada Tabel 6. Hasil pemeriksaan preparat histopatologi menunjukkan
adanya perbedaan pada masing-masing keadaan degenerasi sel dan nekrosis yang
terjadi pada hepatosit yang tergantung pada perlakuan yang diberikan pada
masing-masing kelompok.
Persentase kerusakan hepatosit berdasarkan degenerasi sel dan nekrosis pada
masingmasing kelompok ditunjukkan pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Masukkan semua data yang diperoleh dari
hasil penelitian. Harus diperhatikan apakah terdapat manipulasi data atau tidak.
Apakah data yang dimasukkan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.
J.
Kesimpulan
Buah merah dapat menunjukkan aktivitas hepatoprotektif
melawan kerusakan hati yang diinduksi oleh CCl4. Buah merah memiliki
kemampuan hepatoprotektif yang lebih baik dibandingkan dengan obat standar dalam
mencegah terjadinya kerusakan sel hati yang ditunjukkan dengan tingkat
aktivitas SGOT dan SGPT dan persentase kerusakan sel hati yang lebih rendah.
Perhatikan apakah kesimpulannya sesuai
dengan apa yang tertulis pada tujuan penelitian.
Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar