Minggu, 05 Juli 2015

Contoh Kasus Imunomodulator

Kasus Imunomodulator
Seorang Ibu bersama dengan anaknya bernama DD, berusia 8 tahun, BB 15 kg, dan TB 120 cm datang ke Rumah Sakit Sejahtera. Si Ibu bercerita kepada sang Dokter bahwa seminggu yang lalu anaknya menderita batuk, cepat lelah, dan kurang konsentrasi saat belajar. Dengan saran dari seorang teman dan melihat iklan di TV, maka Ibu tersebut memberikan obat Konidin dan Sangobion syrup masing-masing 3 x sehari kepada si anak, namun belum juga sembuh. Dan 2 hari yang lalu perut anaknya menjadi buncit dan sering sakit, diare, dan anorexia.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium bahwa pada feses: positif (+) ditemukan telur cacing Ascariasis lumbricoides, kadar Hb < 10 gr/dl. Setelah ditelusuri, ternyata pasien bertempat tinggal di daerah perkebunan, sering tidak memakai alas kaki, dan suka bermain tanah. Dokter meresepkan obat oralit, Curcuma Plus syrup, dan Levamisol 50 mg 2 x sehari. Apa saran Anda sebagai seorang farmasis?
Penyelesaian            
Subjective:
  1. Nama pasien DD
  2. Usia 8 tahun
  3. TB 120 cm
  4. BB 17 kg
  5. Keluhan: batuk, cepat lelah, kurang konsentrasi, perut buncit dan sering sakit, diare, anorexia
Objective:
  1. Feses: positif (+) ditemukan telur cacing
  2. Kadar Hb < 10 gr/dl
  3. Konidin sebagai obat batuk
  4. Sangobion untuk mengatasi lesu karena anemia
  5. Oralit, Curcuma Plus, dan Levamisol 50 mg 2 x sehari
Assesment:
      Kecacingan
Plan:
       Terapi farmakologi
1.      Konidin mengandung Guaifenesin 100 mg, Dextromethorphan HBr 5 mg, Chlopheniramine Maleate 2 mg. Konidin diindikasikan untuk batuk karena alergi, flu, pilek atau sisa-sisa bronchitis. Jadi, konidin tidak tepat untuk diberikan sebagai obat batuk untuk pasien karena batuk yang dialami pasien adalah batuk yang timbul dari gejala kecacingan.
2.    Sangobion syrup sebagai obat anemia sudah betul karena sangobion mengandung besi, sementara anemia yang diderita pasien adalah anemia defisiensi besi. Dosisnya 1 cth per hari.
3.    Pada penderita diare tanpa dehidrasi (Terapi A) diberikan cairan (air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak yang diinginkan hingga diare stop, sebagai petunjuk berikan setiap habis BAB dengan dosis 200 – 300 ml.
4.      Curcuma Plus syrup mengandung: Kurkuminoid (zat aktif temulawak) 2 mg, Vitamin B1 3 mg, Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 5 mg, Vitamin B12 5 mcg, Beta Karoten 10 %  4 mg, Dekspantenol 3 mg, Lysine HCl  200 mg. Curcuma Plus Syrup digunakan untuk penambah nafsu makan dan stamina. Dosisnya 2 kali sehari 1 sendok teh dan diberikan setelah makan.
5.    Levamisol 50 mg 2 x sehari digunakan sebagai antelmintik. Hal tersebut sudah sesuai karena Levamisol sangat efektif sebagai antelmintik yang disebabkan oleh cacing Ascariasis lumbricoides. Namun, dosisnya perlu ditingkatkan menjadi 50 mg 3 kali sehari.
Terapi non farmakologi
1.      Menjaga kebersihan lingkungan.
2.      Menggunakan alas kaki (sandal atau sepatu) saat keluar rumah.
3.      Mencuci tangan sebelum makan.
4.      Memotong kuku.
5.      Mencuci dengan baik sayuran yang dimakan mentah.
6.      Makan makanan yang bergizi dan sehat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar